menu +
q
u
i
c
k
a
c
c
e
s
s
detil koleksi
CYBER SOCIETY : TEKNOLOGI, MEDIA BARU, DAN DISRUPSI INFORMASI
CYBER SOCIETY : TEKNOLOGI, MEDIA BARU, DAN DISRUPSI INFORMASI
pengarang 1 :  NUGROHO, CATUR
bahasa :  INDONESIA
subyek :  INFORMATION SOCIETY ; DIGITAL MEDIA
deskripsi :  JAKARTA, 2024
 KENCANA
 XX,176P,;21CM
no induk :  1-39535
isbn :  9786232187405
lokasi rak :  302.231
jumlah :   1  eks.
status :  tersisa  1  eks.
Globalisasi yang menurut McLuhan akan menghasilkan suatu Desa Global mendapatkan sanggahan dari Manuel Castells. Bagi Castells yang terjadi adalah masyarakat yang saling terhubung (network society). Untuk itu, globalisasi tidak sampai mampu merevolusi budaya, sebagaimana yang disampaikan oleh McLuhan. Masyarakat jaringan merupakan fenomena baru yang hadir abad ke-20, yang merupakan masyarakat di mana struktur-struktur organisasi dan elemen-elemen berjalan dengan logika jaringan. Masyarakat jaringan adalah di mana individu-individu saling terhubung dengan individu lain yang keberadaannya entah di mana.

Penemuan internet telah menghasilkan ruang dan media baru, dengan karakteristik masyarakat yang berbeda, dan juga munculnya budaya-budaya baru. Cyberspace atau ruang maya telah melahirkan tipe masyarakat baru yang begitu interaktif dalam berkomunikasi. Tak hanya sekadar menjadi konsumen dari berbagai macam informasi dan konten media baru, namun khalayak umum dapat pula berperan sebagai produsen sekaligus distributor informasi dan konten media baru.

Secara kategoris kehidupan masyarakat modern sekarang dapat dibedakan dalam tiga macam masyarakat, yaitu masyarakat realitas, masyarakat simbolik, dan masyarakat siber (cyber society). Fenomena masyarakat realitas, merujuk pada masyarakat yang menciptakan dan mengolah makna, yang terbentuk oleh interaksi sosial di dunia nyata. Masyarakat simbolik adalah masyarakat yang dibentuk oleh konstruksi media atas realitas yang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan masyarakat siber (cyber society) berada dalam struktur model komunikasi yang kompleks. Secara mendasar, setiap orang dipaksa untuk melek atau harus tahu media digital yang berbasis pada teknologi digital sebagai syarat untuk bisa menjadi konsumen informasi maupun produsen informasi. Di dalam masyarakat siber terjadi implotion realitas, di mana realitas nyata dan realitas simbolik bercampur dengan realitas palsu akhirnya menimbulkan ledakan ke dalam dan mengaburkan realitas di dalamnya. Kebenaran menjadi semakin sulit untuk ditemukan dalam kehidupan masyarakat siber, karena tumbuh suburnya ?realitas palsu? tersebut.